My Dearest : Irsyad - Anisa




Tak ada yang lebih membahagiakan, ketimbang apa yang saya terima pagi itu. 28 Juli baru saja melangkah ke angka sepuluh, saat sebuah tautan muncul di kotak pesan saya.

Segera saya buka link itu dengan penasaran bercampur deg-degan. Senyum terbit di wajah saya seketika, saat dua nama itu terbaca. Irsyad dan Anisa segera dipersatukan dalam akad dua hari lagi. Ya, akad. Seperti lagu milik Payung Teduh yang terputar dalam undangan digital itu.

*

Bicara perihal mereka berdua selalu tak jauh dari puisi, buku, dan lagu. Juga aneka warna yang turut mereka torehkan dalam hidup saya.

Saya pertama kali bertemu Anisa di akhir 2015, saat pertemuan perdana FLP Blitar di rumah Fahri. Kemudian berjumpa Irsyad setahun setelahnya, di selasar Perpustakaan Bung Karno.

Sejak awal, saya sudah merasakan ada dunia baru yang mereka ciptakan. Dunia yang berisi hal-hal yang hanya dimengerti oleh mereka berdua. Dan sejak saat itu pula saya tak pernah putus mendoakan mereka.

*




Sore, sehari menjelang Idul Adha. Sampailah saya di halaman rumah ini. Rumah yang dulu kerap saya kunjungi ketika rutinan FLP dan saat Lebaran. Ada Radhitya Alam yang menyambut saya, bersama Anisa.

Saya tertegun sejenak. Gadis yang dulu sering berpenampilan tomboi ini terlihat anggun berbalut kebaya abu-abu dan jilbab senada. Polesan make-up belum sepenuhnya terhapus dari wajah manisnya.

Memasuki teras yang beralas karpet, berhias bebungaan dengan sebuah kursi panjang, saya disambut Irsyad yang baru muncul dari dalam rumah. Sekali lagi saya tertegun. Lelaki berkacamata ini berkemeja putih, lengkap dengan peci dan celana hitamnya.

*

Saya pun kehabisan kata. Hanya bertanya kabar dan mengucap selamat, tentunya. Sore itu, rangkaian acara telah usai. Akad terlaksana di pagi hari, dilanjutkan resepsi hingga siang hari.

Tak lama kemudian, serombongan kawan FLP Blitar yang lain pun tiba. Ada Mbak Lilik, Mbak Imro, Lulu, Hendra, Fahri, Mas Jon, dan Pak Adi. Bincang pun semakin riuh. Rupanya Irsyad telah mendapat ijin dari kantornya di Bandung selama dua minggu.

Di sela obrolan, saya lihat Nisa yang hilir mudik membawa baki dengan beberapa gelas eskrim di atasnya. Saya berdecak heran. Kenapa ini malah pengantinnya yang repot? Hmm...

Kemudian, ada Mbak Yayuk, serta Bu Puput Amiranti dan Pak W. Haryanto yang datang pula.

*




Maghrib hampir dijelang, saat saya sambut kehadiran Fitriara. Rasanya sudah lama sekali tak bertemu dengannya.

Sekali lagi, Nisa muncul membawa baki. Kali ini bersama beberapa piring rawon. Wah. Ada yang langsung melahapnya, ada pula yang menunggu kumandang adzan tanda berbuka puasa.

*




Pertemuan kali ini juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh Mas Jon, Hendra, Bu Puput, dan Radhit. Tak ketinggalan, pasangan pengantin pun ikut berpuisi.

Di ujung perjumpaan, tak lupa kami mengabadikan beberapa foto bersama. Sekali lagi, selamat merangkai cerita dan harapan untuk hidup baru kalian, Irsyad dan Anisa. Doa-doa baik selalu saya semogakan untuk kalian.[]

31 Juli 2020

Keterangan Foto:

Beberapa foto bersama di pernikahan Irsyad dan Anisa. Powered by: inShot and PicCollage.

Catatan untuk Anisa bisa dibaca di sini dan sini.
Catatan untuk Irsyad bisa dibaca di sini dan sini.
loading...

Posting Komentar

0 Komentar