Kata Mereka, Celoteh Saya (5) - Alfa Anisa




PEREMPUAN YANG MENCINTAI BUKU (untuk Mbak Dinda)


Barangkali aku mengenalnya hampir lima tahun, lebih atau kurangnya bisa ditanyakan pada kalender yang setia mencatat setiap pertemuan. Kurang ramah dan cuek sudah terlalu lama menghuni sekujur tubuhku, mungkin memang sifat itu terlahir dari cerita-cerita novel yang kubaca sejak Tsanawiyah.

Dia datang terlambat, tapi senyumnya bertebaran kepada orang-orang yang hadir. Duduk di sampingku, menyapa ramah. Aku hanya senyum basa-basi karena benar-benar tak bisa menumbuhkan ramah yang terlanjur diusir trauma. Bukankah aku menulis ini karena permintaan kebaikan dan keburukan. Jadi baiklah mulai fokus kepada tiga hal dari masing-masing permintaan.

Perempuan itu baik. Mencintai dan merawat buku-bukunya yang berjajar rapi di rak kamar. Aku tak selalu memiliki buku baru, hanya mengandalkan kuis dan gratisan buku terkadang pemberian teman. Tapi, perempuan itu menawarkan buku-bukunya untuk kubaca di rumah. Terbitan baru pula, nikmat mana yang bisa didustakan jika perempuan menawarkan kebaikan.

Mungkin kedua. Darinya aku belajar menghargai teman, meski sampai sekarang aku tak tahu merawat kesetiaanku dengan beberapa teman hingga usia yang senantiasa bertambah. Tapi dari caranya yang selalu merawat kepercayaan membuatku terkadang belajar berpikir menemukan cara sederhana memelihara teman.

Banyak hal belajar dari perempuan itu, kalau saja bisa menulis kebaikan yang lain aku tak bisa merangkumnya lebih banyak lagi karena tak tahu pikiran-pikiran sedang mencari nasib baik.

Permintaan tiga keburukan, baiknya memang tetap tersimpan dalam dinding di setiap nurani. Bukankah manusia tak sempurna, ada salah dan dosa. Jadi mari memperbaiki diri sendiri mengakrabi hari-hari bukankah lebih baik daripada hanya mendengar dari teman.
Selamat menemukan kebaikan.

-Alfa Anisa


*

Saya sedikit kaget saat membaca kiriman ini. Saya hanya meminta dua kalimat, tapi ternyata di tangannya dua kalimat bisa beranak-pinak menjadi beberapa paragraf seperti ini.

Gadis pendiam. Itu kesan saya saat temu kami yang pertama kali. Meski nyatanya kesan itu luntur seiring waktu. Jika dalam tulisannya tadi dia bilang saya adalah pecinta buku, maka gadis yang biasa saya panggil Nisa atau Kecil ini adalah peramu kata-kata.

Kata-katanya selalu punya daya magis bagi yang membaca. Entahlah, bagaimana dia bisa menemukan ragam kosakata yang tak banyak digunakan orang.




Dia adalah seorang unik yang tak jarang beri kejutan tak terduga. Masih teringat saat ia berdiri di teras rumah saya, dengan raut jenaka dan sebuah kue tart di tangannya. Ya, ia yang menggagas selebrasi sederhana untuk ulangtahun saya tiga tahun lalu.




Kali lain, dengan senyuman khasnya, ia menunjukkan sebuah puisi bertajuk Upacara 24. Saya terpana. Puisi itu ditulisnya untuk hari ulangtahun saya pula.

Selain itu, seperti yang dikatakannya tadi, dia cukup sering meminjam buku saya. Ada beberapa yang kemudian ia tulis review-nya untuk konten website FLP Blitar.

Kini, walau sudah jarang, bertemu dengannya tetap membawa cerita dan keseruan tersendiri.
Teruslah hidupkan kata lewat sajak-sajakmu, Kecil. Sehat selalu, ya. And see you when I see you.[]

2 Desember 2019
Adinda RD Kinasih
loading...

Posting Komentar

0 Komentar