Temu dan Tebarkan; Bahagia Itu

 Kak, tetap semangat nulisnya, ya. Jangan capek-capek nebar kebahagiaannya.

-Eftyca Fragma




Dua kalimat itu terbaca secara tak sengaja, saat kantuk tak kunjung tiba. Padahal ini sudah pukul empat pagi, namun mata ini masih melebar saja.

Sekujur tubuh pun terasa bugar. Bugar yang bohongan, tentu saja. Mungkin karena efek Americano beberapa jam lalu yang masih tersisa.

Di tengah gelapnya kamar, ada nyala monitor yang terang. Wallpaper-nya masih sama, saya bersama lelaki tampan dengan bakat musik luarbiasanya itu.

Entahlah. Rasanya pertemuan itu masih menyisakan euforia dan buncah rasa yang sama, meski sudah hampir dua bulan berlalu.

Lelap yang tak juga datang memaksa saya membuka laman pribadi, dan membaca beberapa catatan lama.

Salah satu yang selalu saya baca ulang, tentu saja rangkuman pertemuan dengan pemilik lagu Pergi untuk Kembali itu.

Benar saja. Ternyata bertemu dengannya tak cukup sekali, hehehe. Buktinya, kini separuh (bahkan seluruh) diri saya menginginkannya lagi.

Alasannya? Belum ngobrol banyak dan ingin meminta tandatangannya di kaset. Juga ingin berfoto lagi, tentu saja.

Tapi, saya tak tahu, pada saat yang mana kesempatan itu datang lagi.

Baiklah. Cukup dulu Marcello Tahitoe-nya. Mari berpindah topik.



Sore tadi, sebuah video yang diposting Raditya Dika lewat di beranda Instagram saya.

Penulis dan komika itu bercerita tentang jalan-jalan singkatnya ke Gramedia Matraman, dan menemukan sebuah pameran seni di dalamnya.

Antusiasme Radit begitu terasa dari caranya berbicara, juga senyum dan tawa yang mengiringi kisahnya.

Sang istri yang berada di sampingnya pun turut tersenyum melihat pancaran bahagia di wajah Radit.

Pria 40 tahun ini begitu gembira, sebab bisa menemukan hal yang ia sukai di momen jalan-jalan tersebut.

Melihat semua itu, saya tertegun. Lalu merenung. Rupanya, sudah lama juga diri ini tak melakukan hal yang disukai.

Membaca buku, salah satunya. Kemudian, saya terdiam sejenak. Seisi kepala mendaftar judul buku yang tak kunjung usai dibaca.

Pikiran saya juga melayang pada blog ini. Mengapa saya belum bisa rutin mengisinya? Padahal guratan kisah dari suara di kepala selalu ada saja setiap harinya.

Lalu, kembali pada kutipan komentar di atas tadi. Jangan capek nebar kebahagiaan.

Oh ya? Benarkah tulisan sederhana dan recehan ini mampu membahagiakan?

Mungkin saja. Mungkin rasa bahagianya sama dengan saat saya bertemu Marcello Tahitoe, atau serupa dengan Raditya Dika saat menemukan pameran seni di dalam gedung Gramedia.

Maka, pada satu hari di bulan Juni ini, saya ingin kembali. Kembali pada buku-buku yang belum saya baca, dan pada setiap lembar kosong di laman ini untuk saya isi lagi.

Baiklah, saatnya catatan ini disudahi. Saya belum tidur, padahal harus pergi bekerja tiga jam lagi.[]

Nb. Terima kasih Eftyca Fragma, untuk komentarmu yang menjadi ide catatan ini.

Posting Komentar

0 Komentar