Akhir Tahun dan Berita Pisah yang Tiba-Tiba (2)

Jika ada yang bertanya, untuk apa saya tuliskan ini? Apa artinya? Kenapa harus sampai se-lebai ini?

Alasannya tiga. Pertama, kabar-kabar pisah dan kepergian ini datang terlalu mendadak, hingga cukup menggelisahkan saya hingga kini.

Kedua, mereka yang akan pergi ini pernah menggoreskan cerita beragam warna dalam kehidupan ini.

Dan ketiga, catatan ini harus saya tulis, dalam rangka mengabadikan kenangan dan merawat ingatan.

Maka, inilah dia. Catatan akhir tahun berwarna abu-abu itu masih berlanjut.

***

Alfa Anisa. Saya pertama kali bertemu dengannya tahun 2015, pada acara Silaturahmi Sastra di rumah Fahri. Saat itu, saya menjadi terasing di sana, sebab hanya Fahri saja yang saya kenal. Percakapan pertama saya dengan Alfa adalah untuk meminjam pulpen yang lupa tak terbawa.

Entah kapan tepatnya saya mulai banyak bertukar cerita dengan gadis penyair ini. Yang pasti, keluarga saya di FLP bertambah lagi.

Alfa beberapa kali mengunjungi rumah saya, pun sebaliknya. Kami juga saling meminjamkan koleksi buku masing-masing.

***

Alfa adalah pribadi unik yang pernah saya kenal. Gadis pecinta kereta api ini sering menyendiri, bersama segelas jus buah dan secarik kertas lengkap dengan pulpennya.

Sekali, saya lihat ia bertransformasi jadi agak cerewet, yakni pada saat pengumpulan karya untuk antologi puisi FLP Blitar. Saya pun termasuk yang "dikejar"nya untuk segera mengumpulkan puisi.

Satu lagi, gadis yang kadang saya panggil Kecil ini diam-diam membanggakan. Puisinya sudah bertebaran di berbagai media dan antologi puisi.

***

Ahad, 24 Desember lalu, Alfa datang ke rutinan terlambat satu jam. Meski biasanya ia tak banyak bicara, tapi saat itu saya merasa ada yang berbeda dengannya.

Benar saja, setelah beberapa orang menyampaikan kesan-kesannya terhadap antologi yang baru terbit, Alfa mulai berbicara lambat-lambat.

Tak disangka, kemudian ia menangis. Saya yang saat itu duduk di sebelahnya pun cukup kaget. Ada apa ini? Kenapa si Kecil yang biasanya penuh tawa ini menangis?

***

Perihal pamit dan mundur dari Divisi Karya FLP Blitar menjadi penyebabnya. Saya tak terlalu terkejut dengan alasannya; itulah yang sudah saya duga sejak beberapa minggu sebelumnya. Yang cukup mengagetkan saya hanya ekspresi Alfa yang bisa sampai menangis.

Diam-diam, hati saya pun bersedih. Jelang akhir tahun, dan sahabat saya yang lain pun pamit. Kehilangan lagi. Kepergian lagi.

***

Namun, tentunya saya akan tetap mendukung keputusan Alfa. Terimakasih untuk telah turut menyemangati saya agar tetap menulis. Terimakasih telah jadi salah satu pemberi warna dalam hidup.

Sampai jumpa di lain waktu. Jika kita bertemu lagi nanti, saya akan menagih manisan tomat dan jenang jagung buatanmu.

Sukses selalu, Kecil. Doa saya bersamamu.[]

...bersambung...

2 Januari 2018
Adinda RD Kinasih

Behind the Pict : Saya lupa siapa yang mengambil foto ini. Tapi mungkin ini diabadikan sekitar 2016 lalu, di sebuah kedai makan di Blitar.

Posting Komentar

0 Komentar