"The Architecture Of Love": Tertampar Raia dan Tidak Ada Rangga (di New York) Hari Ini



"Sama dong kita kalau kayak gitu. Dua manusia pengecut, yang lari dan tersesat di New York."
-Raia Risjad kepada River Jusuf

Sekilas tentang 'The Architecture Of Love'
Sejak mula, pengumuman digarapnya film ini telah menarik hati saya.

Bagaimana tidak, pemeran utamanya adalah Nicholas Saputra dan Putri Marino; dua aktor yang tidak pernah saya sangka akan bermain dalam satu film.

Kabar ini membawa saya mengubek-ubek tumpukan buku lawas, mencari sebuah novel yang sudah lama tak terlihat.

Ya, sebuah novel karya Ika Natassa. Sampulnya berwarna coklat muda, lengkap dengan sketsa gedung dan judul ber-font latin berwarna putih yang hampir tak terbaca.

Novel itu separuh berdebu, lembaran kertasnya pun sudah kusam dan hampir menguning.
Namun, keadaan itu tak menyurutkan niat saya untuk menelisik kisahnya kembali.

Membaca nama Raia Risjad dan River Jusuf, otomatis memunculkan wajah Nico dan Putri dalam kepala saya.




Saat menelisik kisahnya, ragam rasa hadir dalam benak saya. Manis, meleleh, lalu jadi terenyuh, sedih, dan tegang tiba-tiba.
Lihai sekali Ika Natassa memainkan emosi para pembacanya.

Novel yang pertama kali dirilis tahun 2016 ini mengisahkan sosok penulis bernama Raia yang pergi ke New York setelah kegagalan pernikahannya.

Namun, meski telah kabur sejauh itu, dirinya tetap mengalami writer's block dan urung menghasilkan karya terbaru.
Padahal, Raia sendiri adalah penulis ternama di Indonesia yang karyanya selalu dinantikan para penggemar.

Perjumpaan tak terencana dengan arsitek bernama River Jusuf seketika mengubah seluruh diri Raia.

Ia yang awalnya buntu menulis, mulai bisa menyelesaikan cerpennya satu persatu. Perubahan ini terjadi pula pada hatinya, yang mulai terbuka untuk River.

Namun, trauma masa lalu dalam diri River membuat lelaki itu datang dan pergi. Ingin, tapi seperti tak ingin. Hal inilah yang menggalaukan batin Raia.

Film romansa ini semakin menarik berkat kehadiran deretan aktor terbaik negeri ini.
Mulai dari Lydia Kandou, Jerome Kurnia, Omar Daniel, Jihane Almira, Agla Artalidia, Arifin Putra, serta Refal Hady.

Sekilas Tentang Teddy Soeriaatmadja
Kabar kehadiran film ini telah berembus sejak 2023 lalu. Kala itu, sebuah poster terpampang di laman Instagram Teddy Soeriaatmadja.




Sebelumnya, sutradara kelahiran Jepang itu telah menarik perhatian saya lewat beberapa filmnya yang out of the box.
Sebut saja Banyu Biru (2005), Lovely Man (2011), Affliction (2021), serta Berbalas Kejam (2023).

Cerita dalam film-film tersebut selalu di luar dugaan, menghadirkan rasa yang beragam, dan timbulkan decak kagum setelah ditonton.

Tak heran, jika banyak aktor yang menjadikan kerja sama dengan Teddy sebagai momen istimewa.

Seperti Reza Rahadian, yang merasa bangga berperan dalam judul Berbalas Kejam besutan Teddy. Lewat karya itu pula, dirinya memenangi Piala Citra FFI 2023 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik.

Tentang Nicholas Saputra dalam 'The Architecture Of Love'
Bagi saya, Nicholas Saputra adalah Rangga. Karakter pria penggemar puisi ini begitu melekat; walau nyatanya aktor 40 tahun ini telah berperan dalam sederet judul lain.

Diantaranya, Gie (2005), 3 Hari untuk Selamanya (2007), Pendekar Tongkat Emas (2014), Aruna dan Lidahnya (2018), serta Paranoia (2021).

Entahlah. Mungkin karena peran Rangga dalam Ada Apa Dengan Cinta? telah begitu kuat melekat pada diri pria berdarah Jerman-Jawa ini.

Namun, hadirnya Nico dalam The Architecture Of Love berhasil menghapus sosok Rangga.

Meski masih ada sekelebat gestur Rangga yang terbaca dalam beberapa adegan, namun overall tokoh River sanggup ia mainkan dengan begitu memukau.




Rangga yang berkarakter pendiam dan bicara seperlunya; berbanding terbalik dengan River yang gemar bercerita, sering tertawa, namun dapat meledakkan emosi dan kesedihan yang membuat saya menitikkan airmata.

Maka, tak ada Rangga dalam film ini. Meski persamaannya dengan River adalah menyukai New York dan pena.
Bedanya, Rangga menarikan pena dalam bait puisi, sedangkan River berkawan pena dalam aneka sketsa.

Ketika Saya Tertampar Raia
Raia, sosok manis yang sedang lari ke New York ini tak luput dari usaha perjodohan yang dilakukan Erin, sahabatnya. 

Namun, Raia tidak pernah tertarik dengan segala usaha tersebut. Dirinya lebih memilih berdiam di apartemen dengan alasan ingin menulis.
Erin sendiri tahu, bahwa itu hanya cara Raia untuk menghindar.

Sebab, meski selalu bilang ingin menulis, tak ada satupun karya yang bisa dihasilkan olehnya yang tengah dilanda writer's block.




Hal ini hampir sama seperti saya. Adakalanya saya merasa tidak punya tenaga untuk pergi ke suatu tempat atau menemui seseorang.
Saat berada dalam kondisi itu, saya akan beralasan ingin di rumah saja demi melanjutkan tulisan.

Padahal yang sering terjadi adalah saya 'dijebak' oleh YouTube dan platform penyedia film. Atau terjebak di pulau kapuk. Hehehe.

Maka, ketika menyaksikan adegan Raia dan Erin tersebut, saya merasa tertampar.
Betapa seringnya saya menjadikan menulis sebagai alasan untuk menghindari momen tertentu. Namun nyatanya, tidak ada tulisan yang bisa saya selesaikan hari itu.

Kenapa Harus Nonton di Bioskop?
The Architecture Of Love menyajikan indahnya panorama kota New York. Selain itu setiap adegan dalam film ini mampu menghadirkan beragam rasa dan emosi bagi setiap penonton.

Sepanjang film, seisi hati dimainkan sedemikian rupa; lewat adegan manis yang tiba-tiba jadi pahit, lalu sedih, tegang, kemudian tertawa.

Chemistry antar pemain tergambar begitu apik dan natural. 
Favorit saya adalah interaksi River dengan sang ibu yang diperankan Lydia Kandou. Sayangnya, adegan ini tidak banyak ditampilkan dalam film.




Akhirnya, besar rasa terima kasih saya untuk penulis, produser, sutradara, jajaran kru, dan para aktor yang telah menghadirkan kisah ini lewat novel dan layar lebar.

The Architecture Of Love memuat sebuah pelajaran bahwa proses dan cara move on setiap orang berbeda-beda, dan memiliki waktunya sendiri.

Jangan pernah memaksa orang lain untuk berjalan di jalur yang kita pilih.
Sebab, kita tidak pernah tahu perjuangan macam apa yang telah ia lalui.[]

Blitar, 30 April 2024

Sumber Foto:
Dok. Pribadi

Tangkap Layar Instagram/@teddysoe
https://www.instagram.com/p/Cynk-p8yHYi/?igsh=MWtvaWlnZW5rNng4bg==

Tangkap Layar YouTube/StarvisionPlus
https://youtu.be/tLJp0OEZUso?si=VfWqLzcFs-sVrbel




Posting Komentar

0 Komentar