Cerita Kedai Kopi (4) - Sade : Teh dan Kopi





Rasa penasaran saya akan tempat ini berawal dari sebuah akun Instagram. @sade.blt namanya. Hanya ada sebuah foto di daftar postingannya, bertuliskan "coming soon."

Akhirnya, rasa penasaran itu berakhir pada Senin, di ujung Nopember. Tempat ini merayakan buka perdananya. Seluruh menu bisa dinikmati dengan 10 ribu rupiah saja. Saya tiba di sana tatkala malam hampir menggantikan senja.

Senyum terbit di balik masker, seiring Mbak Na yang berdiri menyambut. Menunjukkan kursi kosong untuk saya tempati, juga sodorkan buku menu. Tadinya saya enggan memesan lebih dulu, namun kemudian mata saya tertarik pada menu bernama Nob-Nob. Ya, secangkir espresso hangat. Untuk camilannya, saya menjatuhkan pilihan pada sepotong pai keju.

Tak lama berselang, kawan saya muncul dengan gamis dan jilbab hitamnya. Sweater rajut biru tak lupa dikenakan demi halau dingin dari gerimis yang menyapa. Setelah bersapa sejenak, ia segera menuju meja kasir untuk memesan. Sepotong kue red-velvet bersama dua jenis teh menjadi pilihannya.



Teh pertama bernama masala chai tea. Disebut juga teh rempah-rempah. Menurut artikel yang saya baca, teh ini berasal dari wilayah Anak Benua India. Di sana, biasanya teh ini dicampur susu. Namun di Sade, teh ini disajikan tanpa susu. Rasanya, tentu khas, berkat perpaduan lima rempah sebagai bahan utama seperti jahe, kayu manis, kapulaga, cengkeh, dan lada hitam. Ada rasa lega di tenggorokan dan hangat di badan usai menikmati minuman ini. Ternyata teh ini juga berkhasiat untuk menjaga sistem pencernaan, menyehatkan gigi, bahkan menurunkan berat badan.

Teh kedua, adalah chamomile tea. Bunga chamomile, yang masih termasuk famili bunga Matahari Asteraceae ini konon berkhasiat mengatasi radang usus dan sakit perut. Rasanya menyegarkan dan tentunya memiliki ke-khas-an tersendiri pula.

Saya tak mau ketinggalan memesan salah satu varian teh. Yakni butterfly pea tea atau teh telang. Tanaman yang berasal dari Asia ini punya kegunaan sebagai pewarna makanan atau sebagai obat tradisional. Bunga telang sendiri rupanya berwarna ungu. Tak heran jika teh ini pun berwarna ungu. Rasanya unik, namun menyegarkan pula.

*

Kunjungan kedua saya ke Sade terjadi pada akhir pekan lalu. Periode harga promo telah berakhir, namun harga asli menu-menu di Sade terbilang standar untuk kafe di kota ini. Yakni berkisar antara15 hingga 20 ribu rupiah.





Kali ini saya memesan segelas cold choco chrom, kalau tak salah cokelat dengan campuran rum. Tak lupa red-velvet cake dan potato wedges. Kawan saya pun ada di sana. Ia memesan kopi manual brew varian V60. Minuman ini disajikan hangat, tentunya, dengan perabot minum yang unik.

Sore menjelang. Perut saya mulai diguncang lapar. Bersama kawan, saya memesan dua porsi makanan dari warung yang tak jauh dari kedai. Nasi ayam bumbu woku dan salted egg tiba tidak lama kemudian. Tak puas dengan choco chrom, saya memesan lagi segelas strawberry tea sebagai pendamping makanan.



Terimakasih telah hadir, Sade. Kamu baru, namun hangatmu seperti sudah terasa lama. Terimakasih untuk kue-kue lezat dan teh-teh uniknya. Juga kopi enaknya, tentu saja. Saya akan bertandang lagi lain waktu.[]

Sumber Gambar: dok. pribadi. Dipotret oleh Fitriara.
Data pelengkap seputar teh diambil dari berbagai sumber.




Posting Komentar

0 Komentar