Terapi dan Alat Bantu (part 2.1)

Ada beberapa jenis terapi yang pernah saya jalani, dari usia balita hingga SMA. Semuanya memiliki metode dan jenis obat yang beragam.

Kali ini, saya akan membahas terapi pertama.

*

Menurut cerita Ibu, ketika saya memasuki usia lazimnya bayi merangkak, saya justru tidak merangkak. Menurut perkiraan dokter anak yang menangani saya saat itu, mungkin saya memang tidak melewati fase merangkak.

Dokter itu pun menyarankan untuk berkonsultasi pada dokter rehab medis. Sembari menunggu, beliau memberi saya sejumlah vitamin.

Singkat cerita, bertemulah saya dengan dokter rehab medis tersebut. Namanya Bu Andri Wijayanti. Awalnya, terapi dilakukan di RS Saiful Anwar, Malang. Hingga akhirnya terapi berlanjut di rumah beliau. Rupanya, beliau tinggal di perumahan yang sama dengan saya, hanya berbeda blok saja.


loading...

*

Saya menjalani terapi ini sejak balita hingga SMP kelas dua. Pada tahun 1996, saya dan kedua orangtua pindah ke Blitar. Namun terapi tetap berlanjut.

Metode yang dipakai dalam terapi ini adalah senam. Gerakan senamnya bisa dikatakan sederhana.

Misalnya jongkok-berdiri, berdiri tegak dengan kaki lurus, gerakan doyong ke kanan dan kiri, juga gerakan menaik-turunkan kaki kanan ke atas kursi. Semua itu bertujuan melatih keseimbangan dan melemaskan otot kaki kanan saya.

*

Saya pun sempat memakai sepatu khusus. Sepatunya berbahan kulit yang keras, dengan sol yang keras pula. Bukan tanpa alasan, pemilihan bahan itu memang bertujuan agar kaki tidak jinjit lagi. Saya memakainya saat SD.

Kira-kira seperti inilah sepatu saya saat itu. Hanya saja modelnya agak panjang, dan dilengkapi tali. Saya ingat, saat itu Ayah yang selalu mengikatnya hingga sekencang mungkin agar tak mudah lepas saat dipakai berjalan.




Sayangnya, kaki saya yang tak bisa berlama-lama dengan sepatu itu. Karena bahannya yang keras, kaki saya jadi lecet setiap kali memakainya. Maka, sepatu itu hanya bertahan satu tahun saja.

*

Selain sepatu, saya juga sempat menggunakan alat ini. Tapi saya lupa apa namanya. Berbahan stainless steel, dan panjangnya mulai dari paha atas hingga hampir mata kaki.




Alat ini berguna untuk meluruskan lutut. Karena saya berjalan jinjit, lutut pun ikut tertekuk juga. Seingat saya, di masa SMP hingga awal SMA saya memakai alat ini. Rasanya berat juga ketika berjalan, dan ada sedikit nyeri di sekitar lutut. Mungkin karena otot-ototnya yang tertarik.

*

Begitulah salah satu kisah terapi saya. Segera, saya akan ceritakan beberapa metode terapi lain yang sempat saya jalani. Sampai jumpa![]

14 Nopember 2019
Adinda RD Kinasih


Sumber gambar: ortotik-prostetik dan dok. pribadi

Posting Komentar

0 Komentar