Dua minggu lalu, sebuah pesan dari Pipit mengejutkanku. Katanya ia ingin mampir ke rumah. Wah, ada apa gerangan? Apakah para Sahabat Merah Putih akan bertemu dan pergi bersama-sama ke suatu tempat?
Tapi rupanya khayalanku itu ketinggian, ^_^. Ada kabar yang lebih membahagiakan lagi. Rupanya kedatangan Pipit ke rumahku untuk mengirim undangan pernikahannya. Alhamdulillah...
Di ujung sore itu, kusambut Pipit bersama calon suaminya-Mas Bagus di teras rumah. Kami tak banyak mengobrol, karena sebentar lagi Maghrib tiba. Setelah undangan sampai di tanganku, mereka berdua segera mohon diri.
***
Hari ini. The Big Day datang lagi. Ya, seperti biasa, momen bertemu mereka selalu kunamakan The Big Day. Kali ini, tanggal 28 April yang jadi saksinya.
Aku baru pulang bekerja, saat adikku memberitahu bahwa sudah ada teman yang menjemputku. Wah! Segera aku bersiap-siap. Tapi, meski sudah cepat, ternyata tetap makan waktu setengah jam.
***
Di teras, sudah ada Ade dan Niko, yang seketika melebarkan senyum, sekaligus membuatku lekas memakai sepatu. Kelumit kata maaf ikut terlontar, karena mereka harus menunggu hingga setengah jam.
Seusainya, mobil membelah jalanan. Niko serius di balik kemudi, sedang Ade serius menjadi navigator. Destinasi selanjutnya adalah rumah Helin di sebuah perumahan timur RSIA Tanjungsari.
Sesampainya di sana, ternyata Helin sudah menunggu. Kali ini dia sendirian saja, tak bersama Angga atau Kayla.
***
Mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang. Kali ini menuju Jalan Melati. Rupanya Niko akan menemui istri dan putri kecilnya, yang saat itu sedang ada di sebuah tempat spa bayi.
Dalam perjalanan, Ade serius menjawab telepon. Sesekali, Niko ikut menimpali percakapan Ade dengan bercanda, seolah dialah lawan bicara Ade di telepon. Tak ayal, tingkah Niko menggemakan tawaku sejenak. Ada-ada saja. Tapi inilah yang kurindukan. Canda tawa bersama mereka yang jarang sekali terjadi.
Kami berhenti di depan SMAN 4. Ternyata, minibus silver Ade juga sudah terparkir di sana. Niko segera turun, diikuti Ade dan Helin, yang berpindah ke mobil Ade. Aku juga ikut turun, untuk pindah ke jok depan di samping Niko.
***
Setelah urusan Niko selesai, perjalanan dilanjutkan lagi. Sekarang menuju rumah Dimas, di Perumahan GKR Sananwetan. Sepanjang jalan, awalnya aku hanya diam. Hanya alunan lagu dari stasiun radio favoritku yang terdengar.
Bincang mulai terangkai saat Niko menanyai tentang kegiatan sehari-hariku. Lalu berlanjut pada cerita seputar beberapa Sahabat Merah Putih yang telah melepas masa lajang. Tak terasa, waktu begitu cepat berlarian. Rasanya seperti baru kemarin aku lulus dari SDI.
Obrolan berlanjut saat mobil memasuki areal perumahan. Aku ingat, semasa SD dulu Niko sempat tinggal di sini. Lalu ia menambahkan, bahwa kemudian ia pindah ke Wlingi. Dan baru bertemu lagi dengan Ade pada masa kuliah di Malang. Mereka berdua memang satu universitas dan satu jurusan, hanya berbeda fakultas. Saat ini, Niko tinggal di Talun, bersama istri, mertua, dan putri kecilnya.
***
Kami menunggu sekitar limabelas menit di depan rumah Dimas yang asri. Kemudian, muncullah lelaki penggemar novel fantasi itu dalam busana batik coklatnya. Dia naik ke mobil Ade.
Kini saatnya menuju destinasi utama. Lokasi resepsi pernikahan Pipit di daerah Minggirsari. Kami harus sedikit memutar untuk menuju tempat parkir. Dan kemudian berjalan sedikit ke tempat acara. Di sana, Gilang sudah menunggu, bersama Fian dan Rendik. Sementara Arif dan Ikra naik motor.
***
Hingar-bingar musik menyambut kami saat sampai di sana. Setelah mengisi buku tamu, kami berjalan beriringan sambil bersalaman dengan para penerima tamu. Ada ibunda Pipit juga di sana.
Kulihat sekeliling, ada beberapa tamu undangan yang berseragam TNI. Tentu saja, karena ayah Pipit adalah seorang tentara berpangkat Kapten, sedangkan suami Pipit berpangkat Sertu.
***
Kami langsung menuju pelaminan tempat kedua mempelai, yang telah melaksanakan akad nikah sehari yang lalu itu. Setelah saling bersalaman dan memberi selamat, kami memasang gaya masing-masing. Dua fotografer di hadapan mulai bersiap dengan kameranya. Setelah dua kali jepretan, kami beranjak menikmati hidangan.
Aku duduk di kursi di sebelah panggung, menunggu Helin yang mengambilkan makanan untukku. Para lelaki duduk bergerombol, agak jauh dari aku dan Helin.
Setelah sekitar satu jam berada di sana, kami pun pamit pulang.
***
Kali ini aku berada di mobil Ade, bersama Helin dan Dimas. Niko harus segera pulang untuk sebuah urusan. Ade duduk bersebelahan dengan Helin, sementara Dimas dan aku di belakang.
Selama perjalanan, kami menyempatkan diri berfoto bersama. Satu hal yang kusesali adalah, tak terpikirnya untuk berfoto bersama dengan sahabat yang lain tadi. Foto bersama pengantin pun tak terabadikan dalam ponselku.
***
Kami bertukar ucap terimakasih dan jabat tangan saat sampai di rumah Dimas. Itu pula yang terjadi saat tiba di depan rumahku. Ada setitik sedih saat minibus silver itu berlalu.
Mungkin inilah reuni tersingkatku bersama mereka. Rindu ini rasanya belum sepenuhnya terobati, belum seluruhnya terlunasi. Kini hanya tinggal harap yang tersisa, semoga lain waktu dapat bertemu kembali, dan lebih lama dari ini.
***
Terimakasih untuk kalian; Ade, Niko, Helin, Dimas, Gilang, Fian, Rendik, Arif, dan Ikra, yang turut mewarnai Hari Besar kali ini. Tak lupa, untuk Pipit dan Mas Bagus, selamat menempuh hidup baru. Semoga bahagia selalu. Aamiiin...
Setiap pisah akan menghadirkan rindu yang baru. Sedang, setiap temu akan menyisakan kenangan tak lekang waktu.[]
Dear my friend,
you're the joy in my life,
Your smile has brighten up my day,
Dear my friend,
you got me through the lonely times,
You're lighten up my way...
-HiVi, Dear Friend
28 April 2017
Adinda RD Kinasih
0 Komentar