Hati Suhita : Perjuangan Cinta Berbalut Kentalnya Budaya Jawa




Tentang Novel 

Tidak tertarik. Itu yang pertama terlintas di kepala saat seorang teman bercerita tentang novel ini. Tebalnya 400-an halaman, dan ceritanya seputar pesantren. Begitu sekilas yang saya pahami. Dan, baiklah, sepertinya saya tidak relate dengan buku ini. 

Namun, di 2022 lalu, kawan saya yang tinggal di Yogya ini kembali menginfokan bahwa novel ini akan difilmkan. Satu yang buat saya terkejut, ada foto Ibrahim Risyad, seorang selebgram; yang turut ia kirimkan. Wah, diakah pemeran Gus Birru - Gus Birru itu? 


Rasa penasaran terbit. Akhirnya, saya pun terbujuk dengan promosinya selama ini. Baiklah, mari pesan bukunya! Kawan saya menyambut gembira, seraya berkata akan langsung memesankan pada penulisnya; yang akrab disapa Ning Khilma.




Novel ini tiba di Blitar dua-tiga hari kemudian. Butuh waktu cukup lama, sekitar dua minggu lebih, untuk mengumpulkan niat membaca novel ini. Entahlah, sepertinya saya sungguhan belum tertarik.
Oh ya, baru saya tahu, penerbit novel ini ada dua. Salah satunya Telaga Aksara, yang juga menerbitkan antologi cerpen dan puisi FLP Blitar beberapa tahun lalu. 

'Sudah dibeli mahal-mahal, tapi nggak dibaca!'
Selentingan itu terdengar dari pikiran, saat mata tak sengaja tertumbuk pada novel tebal itu. Hmmm...iya juga. Baiklah. Mari mulai menyelami kisah ini. 


Tentang Film 

Blitar Square malam itu tampak tidak biasa. Keriuhan terjadi, terutama di areal eskalator menuju lantai tiga. Saya, yang masuk lewat tangga samping basement, terlambat tahu bahwa ada poster super besar film Hati Suhita terpampang di sana. Membuat beberapa orang semangat bergaya.




Ah, ya. Seperti yang saya baca di postingan seorang teman, hari ini adalah jadwal Cinema Visit bersama para aktor utama film ini. Ada Omar Daniel, Nadya Arina, Anggika Bolsterli, dan Devina Aureel. Sang penulis, Ning Khilma Anis pun turut serta. 

Tapi, itu tadi, sekitar pukul setengah empat sore. Sementara, kini sudah hampir jam tujuh malam. Berarti, sudah selesai dong, begitu pikir saya. Langkah pun berlanjut, agak susah payah bersama tangga berjalan. Kenapa tangga ini tak diam saja, sih? Hahaha. 


Areal bioskop rupanya sama padat dengan lantai bawah. Ruang tunggu yang biasanya lengang, hari itu cukup ramai. Ramai yang terasa aneh. Saya menghela napas, dan tanpa pikir panjang mengambil satu kursi untuk saya duduki. Sementara, sepupu saya mengantre tiket. 

Di tengah deru napas terengah, saya kembali dibuat heran dengan keriuhan yang tiba-tiba terdengar. Beberapa orang kompak mengarahkan ponsel ke satu arah.

Sontak saya menoleh, dan mendapati sekitar lima lelaki membentuk sebuah barikade sederhana. Melindungi entah siapa yang sedang lewat di sana. Saya mengernyit, lalu membelalak, saat sadar siapa yang sedang mereka lindungi itu. Perawakan jangkungnya tertangkap mata, dan saya kenali. 

Spontan, saya berseru. "KAK OMAR DANIEL!" 




Tanpa diduga, ia sempat menoleh ke arah saya dan sekilas tersenyum, sebelum akhirnya berlalu. Beberapa saat, saya sempat takjub dan kehilangan kata-kata. Ada pula pengunjung lain yang kegirangan karena berhasil mengabadikan momen lewatnya Omar Daniel; pemeran Gus Birru itu, dengan ponselnya. 

Ya, ternyata dugaan saya waktu itu salah. Gus Birru diperankan Omar Daniel. Sedangkan Ibrahim Risyad bernama Kang Dharma di film ini. 


Tiket siap. Saya bersama sepupu berjalan menuju studio lima. Menemukan kursi kami yang untungnya tidak terlalu jauh. Beberapa menit kemudian, film pun dimulai. Dibuka dengan adegan pertemuan pertama Alina Suhita dan Gus Birru, saat mereka kecil. 

Menit demi menit berjalan. Selama itu pula seisi hati dipermainkan. Sebentar tertawa, tersenyum geli, tiba-tiba kesal, lalu tegang, kemudian sedih. Begitu terus hingga usainya kisah ini. 


Alina Suhita, dengan kelembutan hati, sekaligus ketegasan dan ketegarannya.
Gus Birru, bersama sengkarut bimbang antara memperjuangkan cinta lama atau keharusan turuti ingin orangtua.

Ratna Rengganis, yang rela membunuh cintanya, sejak lelaki yang ia cinta bersanding dengan yang lain, dan berusaha lari saat cinta lama itu kembali.
Kang Dharmawangsa, bersama rasa cintanya pada Alina yang tak terungkapkan.
Serta Aruna, sahabat yang begitu pengertian pada semua masalah Alina.




Lima tokoh ini berhasil diperankan cukup baik oleh Nadya Arina, Omar Daniel, Anggika Bolsterli, Ibrahim Risyad, juga Devina Aureel.

Tapi, pasangan favorit saya di film ini justru Kyai dan Nyai Hannan, yang diperankan apik oleh David Chalik dan Desy Ratnasari. Ditambah, hadirnya Slamet Rahardjo dan Widyawati sebagai Mbah Kakung dan Mbah Putri Alina Suhita, turut memperkaya warna film ini.




Satu lagi yang jadi keistimewaan film ini, yakni pemilihan lokasinya. Menghabiskan waktu syuting sekitar 53 hari, dengan pengambilan lokasi di 10 kota di Jawa Timur. 

Uniknya, pemeran Gus Birru kabarnya sangat sesuai dengan bayangan para pembaca novel ini. Ya, para pembaca ramai-ramai mengirim pesan ke media sosial Starvision Plus, meminta agar Gus Birru diperankan Omar. Siapa sangka, permintaan itu dikabulkan oleh rumah produksi milik Chand Parwez Servia ini. 





Hati Suhita; baik novel maupun filmnya, menghadirkan hangat, berkat cerita berbalut budaya Jawa yang terasa 'dekat' dengan keseharian, juga perjuangan cinta yang kuat dan berakhir membahagiakan.[] 

Foto :
1. Poster Film Hati Suhita (Instagram @omardaniel_)
2. Novel Hati Suhita (Dok. Pribadi)
3. Omar Daniel dan Nadya Arina, dalam Cinema Visit CGV Blitar, 2 Juni 2023 (Live Instagram Khilma Anis)
4. Para pemeran film Hati Suhita (Instagram @filmhatisuhita)
5. Saya, selepas nonton Hati Suhita (Dok. Pribadi)

Posting Komentar

0 Komentar