Gala Premiere Buya Hamka : Merangkai Harap

"Buat saya, film Buya Hamka ini bukan soal kemiripan yang mau kita jual. Tapi visi misi Buya Hamka itu apa. Semangat berjuang seorang Buya Hamka itu apa. Itu yang mau saya sampaikan."
-Vino G Bastian, dalam Talk Show Film Buya Hamka di Kota Padang 

Bagian Pertama 

Sejak nonton Scandal Makers, diikuti Qodrat dan Perfect Strangers, sosok Vino G Bastian seperti menghipnotis saya. Kemampuannya berakting dalam setiap karakter selalu meninggalkan kesan pada semua yang menyaksikan. 

Project Buya Hamka ditawarkan pada Vino di tahun 2018, di tengah proses syuting Wiro Sableng. Saat itu, Vino sempat heran. Kenapa dia yang ditawari memerankan tokoh besar ini? Tepatkah jika ia yang memerankannya?
Setelah melalui beragam proses, dari casting hingga berbincang dengan pihak keluarga Buya dan sutradara, dipastikan Vino-lah pemeran utama dalam film ini.




Vino pun banyak melakukan riset tentang Buya Hamka, mulai membaca buku-buku karyanya, menggali cerita tentang beliau dari pihak keluarga, menonton video-video ceramah, dan memperdalam Al-Quran. Satu kejutan bagi Vino, ternyata Buya Hamka-lah sosok yang berperan membantu proses mualafnya ibunda Vino dahulu. Itulah yang menambah keyakinannya menerima peran ini.

*** 

Menonton banyak video interview Vino seputar film ini pun menambah rasa penasaran saya. Hal itu yang membawa saya mengontak Almira saat pre-order novel ini dibuka. Ya, ia punya akun di aplikasi belanja warna jingga itu. Jadi saya meminta bantuan memesankan. 

Sekitar seminggu-dua minggu kemudian, sampailah novel bersampul poster film ini di meja kerja saya. Kehabisan kata rasanya saat mendapati tandatangan beberapa aktor di halaman depan. Satu lagi yang istimewa, ada kesempatan bagi setiap pemesan pre-order untuk ikut Special Screening film ini!




Mengutip Kompasiana, screening film merupakan kegiatan nonton bareng yang tak hanya ditonton saja. Umumnya mengacu pada pertunjukan khusus sebagai bagian dari siklus produksi dan rilis film. Jadi, film tak berhenti pada proses produksi dan distribusi. Tapi juga diteliti, diperbincangkan hingga didiskusikan. 

Tentu saja saya antusias. Tapi kemudian, asa saya dipupuskan keadaan. Ya, hanya ada 18 kota yang akan memutarnya, dan Blitar tak termasuk, tentu saja. Ada Malang, kota terdekat. Tapi apa mungkin saya menuju ke sana? 

*** 

Sekitar dua hari kemudian, sebuah pengumuman muncul di Instagram Falcon Publishing. Saya membelalak seketika saat membacanya. Special Screening diganti menjadi Gala Premiere! Apa? Gala Premiere? 

Selama ini, setiap mendengar istilah itu, saya rasa, itu adalah sebuah momen pemutaran film perdana nan eksklusif yang hanya bisa diikuti orang-orang tertentu. Biasanya hanya ada para wartawan, undangan khusus, bersama sejumlah kru dan aktornya.




Dan sekarang, apa yang saya baca ini? Para pemesan pre-order berkesempatan ikut Gala Premiere di 18 kota tadi. Masih termasuk Malang.
Saya jadi berpikir ulang. Akankah registrasi awal ini benar-benar saya lakukan? Tapi, bagaimana jika saya tak bisa ke Malang di tanggal 9 April nanti? 

Akhirnya saya minta Almira memasukkan data saya.
'Kalau kamu nggak bisa nonton, gimana?' Begitu tanyanya.
Kala itu; sekitar tiga-empat hari sebelum 9 April, saya pikir tak apalah kalau nantinya tak bisa nonton. Saya akan meminta teman atau kenalan saya di Malang untuk menggantikan. 

*** 

Jumat malam. Gembira dan resah melingkupi benak bersamaan. Teringat notifikasi Instagram yang saya baca barusan. Story saya di-repost oleh Vino G Bastian! Apakah ini mimpi? Kok bisa dia menemukan instagram story saya diantara banyak akun yang membuat kilas cerita serupa dan me-mention namanya?




Tak hanya itu, sebaris pesan saya pun dibaca olehnya. Meski tak dibalas, dibaca saja sudah berhasil bikin saya kegirangan. Dari sinilah keyakinan saya tumbuh. Sebab, mungkin menonton film dalam sebuah Gala Premiere adalah sekali kesempatan seumur hidup. Maka, saya enyahkan gerombolan ragu itu, dan memberanikan diri. 

*** 

Menunggu Ayah pulang dari masjid rasanya deg-degan. Tak lama kemudian, duduk di hadapan beliau di meja makan. Menyusun sebaris dua baris kalimat, jeda, satu dua kata, yang intinya adalah meminta ijin. Raut wajah Ayah tak terlalu bisa diartikan. Akankah usaha ini berhasil?[] 

Bersambung...

Foto : Instagram @vinogbastian__ @falconpublishing @falconpictures, dan dok. pribadi.



Posting Komentar

0 Komentar