Aku Pergi Dulu




Hari itu, kamu seperti biasa. Berkacamata, berbaju biru, berbicara selama satu jam dengan gaya semenarik itu. Canda garingmu pun masih mampu gemakan tawa. 

Tapi, aku lihat jelas keterasingan itu. Tak ada kelakar yang hanya dimengerti kita berdua. Apalagi bincang yang hanya bisa dibagi berdua; seperti dulu. 

Satu jam pun usai, dan kamu berlalu. Tanpa satu kata pamit pun. Bahkan, bayangmu saja tak membekas di mataku. Baiklah, aku tak apa. Kamu sudah jadi asing jauh sebelum ini. Aku memang kehilangan, tapi sudah mulai terbiasa. 

Pagi ini, pertukaran pesan itu memperjelas semuanya. Bahwa kamu memang sudah temukan rumahmu. Nyamanmu. Duniamu sendiri. Kini kutahu, mengapa kamu tampak begitu asing di mataku. Memang kamu, yang sengaja mengasingkan diri dariku. 

Selamat, karena kamu telah menemukannya. Dunia baru itu. Akan ada banyak tawa tercipta di sana. Tak ada lagi luka. Ya, semoga begitu. Sebab, kamu sudah sering babak belur dihajar luka-luka. Mimpimu, semoga akan jadi makin nyala. Bahagia, semoga itu akan nyata jadi mahkota bagimu. Bersamanya. 

Aku pergi dulu. Tenanglah. Selama kamu bahagia, aku akan baik saja.[] 

Inspired by a song of Sheila on7, "Waktu yang Tepat untuk Berpisah".

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Semoga selalu menemukan jalan untuk berbahagia, dengan atau tanpanya, Mbak Dinda. 🤗🤗🤗🤗

    BalasHapus