Buku-Buku dalam Hidup Saya (1)




Pengoleksi dan pembaca buku. Mungkin ada sejumlah orang yang menyebut saya begitu. Kegemaran pada buku; entah secara sadar atau tidak ditanamkan kedua orangtua sejak kecil.




Mama yang sering membelikan buku cerita, Ayah yang kerap meminjamkan buku koleksi perpustakaan sekolah tempatnya mengajar, seperti buku dongeng Disney; juga Tante saya, yang kala itu masih berkuliah di Jogja hampir selalu membawakan buku cerita dan majalah anak terbitan Mizan tiap pulang ke Blitar.




Memasuki masa SMP, bahan bacaan saya pun beralih pada novel. Saya ingat, dua novel pertama yang saya pinjam dari perpustakaan sekolah kala itu, Lakon Kita, Cinta karya Pipiet Senja dan Cinta Pertama (Sunny) yang dikembangkan dari skenario film BCL tersebut.




Di SMA, Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi menjadi dua novel dengan cerita dan gaya bahasa cukup kompleks pertama yang saya baca. Ayat-Ayat Cinta berlanjut pada Ketika Cinta Bertasbih dan Ketika Cinta Berbuah Surga. Sedangkan Laskar Pelangi, berhasil saya tamatkan tetraloginya, berturut-turut Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.




Selain itu, novel-novel terbitan FLP Publishing House karya Sinta Yudisia, Fahri Asiza, Lulu El-Maknun, dan Asma Nadia turut jadi penghuni rak buku saya.




Pada masa awal kuliah, saya pun mengoleksi sejumlah buku. Kisah Lainnya, karya Ariel Noah menjadi yang terfavorit. Buku bersampul merah ini bercerita tentang awal berdirinya band, kisah masing-masing personil, dan tentunya keseharian Ariel selama berada di penjara.




Selain itu, ada Refrain. Novel ini menarik perhatian saya saat menyusuri rak Gramedia kala itu. Sampulnya yang berwarna putih kusam, dengan sebuah amplop biru tertempel di atasnya. Di dalam amplop itu terdapat kertas bertuliskan "It's always been you". Saya suka gaya bahasa Winna Efendi. Itulah alasan saya terus mengoleksi novel karya ibu berputra satu itu. Hati makin girang saat tahu novel ini diangkat ke layar lebar dengan Afgan dan Maudy Ayunda sebagai aktor utamanya. Dua novel berikutnya yang difilmkan adalah Remember When dan Melbourne Rewind.

***

Siapa sangka, kemudian saya menjadi bagian dari FLP juga. Sebenarnya, pada 2008 saya sempat mengikuti peluncuran FLP Cabang Blitar di Aula PSBR. Namun setelah itu, saya tak tahu lagi kegiatan FLP Blitar. Baru pada 2015 saya bergabung saat FLP Blitar diaktifkan kembali.




Di FLP-lah bahan bacaan saya meluas. Mengenal karya Dee Lestari lewat seri pertama Supernova, Ksatria Puteri dan Bintang Jatuh, yang langsung berhasil membuat jatuh cinta. Berlanjut pada Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan Intelegensi Embun Pagi. Cinta berlanjut pada Filosofi Kopi, Madre, Perahu Kertas, Rectoverso, dan Aroma Karsa.  Hingga, saat Dee meluncurkan novel serial terbarunya, Rapijali, ia pun tak ketinggalan jadi penghuni baru di rak buku.

Kemudian, seorang teman di FLP menunjukkan pada saya sebuah lagu. Berjudul Waktu yang Salah, yang disuarakan oleh Fiersa Besari dan Thantri Sundari dengan indah. Fiersa Besari. Nama ini membawa ingatan saya pada momen bersama Almira di Gramedia beberapa bulan sebelumnya.




"Mbak Din, ini bagus nggak ya?" Tanya Almira saat itu  sambil menunjukkan buku bersampul putih. Garis Waktu, itu judulnya. Saya baca sepenggal blurb-nya, ini bukan novel, tapi sepertinya menarik. Nama penulisnya, Fiersa Besari, langsung saya yakini sebagai nama seorang jelita. Maka, beli saja, begitu kata saya.

Beberapa waktu berlalu, saya baru sadar bahwa Fiersa adalah seseorang berambut panjang, tapi sama sekali tak jelita. Ya, ia lelaki, hahaha. Dan ketika mendengarkan Waktu yang Salah, saya baru sadar, dia penuh talenta. Berburu novel Fiersa berikutnya adalah yang saya lakukan. Tak ketinggalan, mendengarkan tiga albumnya di aplikasi pemutar musik digital.




Semesta selalu menakjubkan dalam menyusun jalan cerita. Seperti hari itu, 5 Juni 2018, saya berkesempatan bertemu langsung dengan Fiersa Besari di Surakarta dalam acara book roadshow Arah Langkah. Hari itu, saya bisa masuk ke dalam ruangan tempat acara tanpa mendaftar berkat kebaikan hati dua orang yang baru saya kenal limabelas menit sebelumnya.

Sejak bergabung di FLP, saya pun mengenal dunia kafe dan perkopian. Ternyata, dari sana, bertambah pula buku kesukaan.[]

Bersambung di Bagian Kedua

Sumber Foto: carousell.com dan dokumentasi pribadi
1. Buku Dongeng Sebelum Tidur terbitan Mizan dan buku dongeng Disney.
2. Novel Cinta Pertama (Sunny)
3. Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta
4. Beberapa novel terbitan FLP Publishing House
5. Kisah Lainnya
6. Buku-buku Winna Efendi
7. Buku-buku Dee Lestari
8. Buku-buku Fiersa Besari
9. Foto bersama Fiersa Besari di Gramedia Surakarta

Posting Komentar

0 Komentar