Touring Perdana bersama Duo Backpacker




Fiuh! Akhirnya ia berhasil juga naik ke boncengan. Di depan kemudi, ayah telah siap dengan segala perlengkapan. Helm kuning, kaos, jaket hitam, celana jeans, dan sepatu. Setelah membenahi posisi duduk agar lebih nyaman, motor pun melaju. 

Angin malam menampar wajah. Meski telah memakai atasan berbahan cukup tebal, ternyata embusannya masih berhasil menggigilkan. Ayah menarik kedua tangan ini untuk masuk ke dalam saku jaketnya, agar hangat. Seketika, diri terasa kembali jadi anak kecil, mengingat kebiasaan itu juga yang sering Ayah lakukan dulu. 

Ibu menaiki motor lain di belakang; kadang juga berada di depan kami. Rupanya inilah yang dilakukan Ibu saat berada di belakang; merekam video. Hmm, sempat-sempatnya, yaa. 

Ternyata jauh juga jarak menuju salah satu kecamatan di Kabupaten Blitar ini. Linu di pinggang mulai terasa. Deg-degan juga terjadi hampir di setiap momen. Ada truk-truk besar pembawa tebu juga. Kalau mobil dan motor pribadi, jangan ditanya. Tumpah ruah sudah. Rupanya separuh warga kota ini ingin mengisi akhir pekan dengan bervakansi. 

Gadis itu merasa takjub sejak awal perjalanan. Tak menyangka, Ayah dan Ibunya yang pasangan "backpacker sejati" itu kali ini mengajak ikut serta. Ini gila, pikirnya. Sepasang matanya gembira memandangi keramaian kota di malam hari. Kedai kopi padat pembeli. Aneka warung pun tak kenal sepi. 

"Kamu nggak pernah tahu daerah sini pas malem, kan?" Tanya Ayah saat melintasi kawasan PIPP. Di akhir pekan, ada panggung dangdut yang hingar bingar di sana. Tentu saja anaknya mengiyakan. Memang benar, ia hampir tak pernah motoran sampai semalam ini, apalagi sampai di kawasan ini.




Kota terlewati. Garum dan Talun pun terlewati. Kini, sampailah. Pada sebuah kecamatan yang terkesan seperti kota kecil, karena hampir semua ada di sana. Dari pasar, minimarket, toserba, toko pakaian, hingga aneka warung dan kedai kopi. 

Motor pun memasuki gang kecil yang sudah sepi itu. Wajar, karena ini sudah hampir jam 9 malam.
Bertemu Om dan Tante, juga dua adik sepupu. Sudah bisa ditebak, mereka kaget melihat tiga orang ini menempuh jarak cukup jauh dengan dua motor. 

'Ah, tapi bagi Ayah dan Ibu, ini tidak jauh. Mereka pernah menempuh Pacitan, Jogjakarta, bahkan menuju Bali dengan motor ini.' Pikir gadis itu. 

Segera masuk rumah, bertukar salam sapa dan banyak cerita, juga makan bersama. Tak terasa, sudah hampir pukul sebelas. Ayah mengajak pulang, tapi Om menawarkan untuk menginap saja. Dalam pikirannya, gadis itu khawatir dengan makin larutnya malam, tapi juga ingin tidur di rumah saja. 

Maka, mari pulang. Sepanjang jalan, bukan linu di pinggang lagi yang dirasakan gadis itu. Kini matanya yang tak bersahabat. Inginnya segera terpejam saja. Ia pun terus mengajak Ayah mengobrol, sembari membelalakkan mata agar tidak jatuh terlelap. 

"Gimana rasanya ikut touring?"
Begitu tanya Ibu dengan senyum lebarnya. Kini telah sampai di rumah, tepat jam 12 malam. Lelah, sudah pasti. Rasanya pinggang ini sudah mengeluh dari tadi. Tapi tentu saja senang sekali. Ini pengalaman langka baginya. 

Bukan hanya tentang ke mana, tapi dengan siapa perjalanan itu ditempuh. Punya waktu bersama orangtua memang jadi momen tak ternilai saat ini.[]

Posting Komentar

0 Komentar