Bertemu Bandung (1)




Usai lewati hari-hari yang membosankan, juga peluh dan airmata yang mengabarkan lelahnya raga, akhirnya perjalanan ini terjadi juga.

Ya, saya akan pergi ke Bandung. Bersama adik dan empat sepupu saya.

Kami sudah merencanakan perjalanan ini sejak Desember tahun lalu. Awalnya, kami akan berangkat pada Rabu malam tanggal 8 Januari, dan pulang pada Ahad, 12 Januari. Namun, karena ada sejumlah urusan yang belum beres, maka tanggal keberangkatan pun diundur.

*

Saya merasa cukup patah hati saat itu. Beragam pikiran mulai padati benak. Bagaimana nanti kalau akhirnya batal? Ah, padahal saya sudah merancang rencana, siapkan perbekalan, juga membuat playlist lagu khusus untuk didengarkan sepanjang perjalanan.




Agak berlebihan, memang. Tapi saya memang sangat excited menyambut perjalanan ini. Sebab, selain Malang dan Yogyakarta, Bandung juga jadi kota favorit saya.

Setelah menunggu cukup lama, diputuskanlah tanggal keberangkatan kami. Salah satu sepupu saya, Mas Dito, bahkan sudah mempersiapkan rundown kegiatan dan destinasi yang akan dikunjungi selama di sana. Tak hanya itu, dia juga sudah menuliskan estimasi biaya untuk sejumlah keperluan, seperti tiket kereta dan wisata, makan, penginapan, juga sewa kendaraan.

*

Naik Kereta Saja

Naik kereta saja aku telah memilih
Semakin tua raga enggan di udara
Langit biru terbentang, namun ku terguncang
Naik kereta saja aku lebih tenang
Memandangi jendela waktu yang terhenti
Menutup keinginan yang tak terpenuhi

Siapa hendak turut kita segera pergi
Ke Bandung, Surabaya atau mana saja
Asalkan kau ada bersamaku...

-Adhitia Sofyan, Naik Kereta Saja




Kami berangkat hari Jumat, tanggal 17 Januari. Ada dua regu di sini. Yakni regu Blitar, yang terdiri dari saya, Almira, Mas Dito, dan Levina. Sedangkan regu Surabaya, Mbak Savira dan Mas Hilmy. Mereka berdua memang bertempat tinggal di Kota Pahlawan itu.

Sementara, adik Mas Dito, Mas Daffa, sudah lebih dulu berada di Bandung. Dia berkuliah di salah satu universitas di sana.




Kami akan menumpang kereta api Ekonomi Premium Mutiara Selatan rute Surabaya - Bandung. Untuk itu, regu Blitar akan menuju Stasiun Kertosono terlebih dulu. Sebab, kereta ini memang akan transit sejenak di Stasiun Kertosono.

*

Sampai di Stasiun Kertosono, saya takjub melihat seisinya. Hahaha, ndeso sekali ya. Sudah lama sekali saya tak mengunjungi stasiun, apalagi naik kereta api. Terakhir kali menjadi penumpang kereta adalah saat saya balita.




Setelah menunggu sekitar setengah jam lebih, kereta kami tiba. Dari arah berlawanan, tampak Mas Hilmy menyambut kami. Dia langsung membantu saya masuk gerbong. Untunglah saya bisa cukup cepat. Ibu saya bahkan meminta ijin pada petugas stasiun untuk masuk sejenak ke peron, hanya demi melihat kami naik ke kereta. Hehehe, ada-ada saja.

*

Di dalam kereta, saya duduk bersebelahan dengan Mas Hilmy. Awalnya, saya duduk di sisi jendela. Namun kemudian, saya minta tukar posisi dengan Mas Hilmy, karena dia sudah terkantuk-kantuk.




Mata saya masih sama takjubnya melihat seisi gerbong yang malam itu lumayan padat. Dinginnya AC tak menggigilkan tubuh. Saya justru menikmatinya. Mata saya masih lebar, padahal saat itu sudah hampir tengah malam.

Setiap kali kereta berhenti sejenak di stasiun, saya selalu heboh mencari papan nama kota dan memfotonya. Hahaha, norak ya. Tapi biarlah. Maklum, pengalaman pertama.




Seingat saya, kereta transit di sejumlah stasiun, seperti Nganjuk, Madiun, Solo, dan Yogya. Untuk wilayah Jawa Barat, saya hanya ingat sejumlah stasiun saja, seperti Ciamis dan Tasikmalaya.



*

Kami tiba di Stasiun Kiaracondong pukul setengah sepuluh lebih sedikit. Selepas turun dari kereta, kami melepas penat sebentar di deretan kursi peron yang kosong. Sembari menunggu Mas Daffa menjemput kami.




Stasiun ini memang bukan pemberhentian utama, jadi tidak terlalu ramai. Lalu, seperti apa perjalanan kami di Bandung selanjutnya? Nantikan di catatan berikutnya.[]

23 Januari 2020
Adinda RD Kinasih

Sumber Gambar:
www.ranseltravel.com dan dokumentasi pribadi.




loading...




Posting Komentar

0 Komentar