Benda Mungil Pengobat Rindu

Suatu siang, saya dikejutkan dengan kedatangan lelaki berjaket oranye. “Dari Pos, Mbak…” ucapnya. Sejenak saya keheranan. Ada kiriman apa, dan dari siapa? Seingat saya, modul kuliah baru dipesan kemarin, dan tak mungkin sampai secepat ini.
Saya tersadar saat lelaki itu menyodorkan sebuah amplop sedang berwarna putih. Dan saya merasa surprise saat membaca nama pengirim dan alamatnya. Ini dari Lulu Arbi, salah satu teman sesama Afganisme yang tinggal di Klaten. Jadi, ternyata dia benar-benar mengirimnya ke sini? Sungguh, saya tak menyangka.

Sepeninggal Pak Pos, saya buru-buru membuka amplop itu. Hanya ada sebuah benda mungil hitam yang terbungkus plastik di dalamnya. Ya, sebuah flashdisk. Jadilah saya makin penasaran.
Begitu flashdisk itu terbuka, senyum saya melebar tanpa bisa dicegah. Saya terperanjat saat menemukan belasan folder yang berisi mungkin ratusan video—mulai dari film, videoklip, iklan, acara-acara talkshow, berita-berita tentang Afgan, juga berbagai penampilan Afgan dalam berbagai acara. Saya tak habis pikir, bagaimana Lulu bisa sesempat itu mengunduh hampir semua video tentang Afgan, sejak 2008 hingga sekarang. Koleksi saya saja tidak selengkap itu.

Kemudian, ada sebuah rasa yang membuncah di benak saya, dan baru saya sadari hari itu.
Ya, ternyata saya merindukan Afgan. Merindukan aransemen indah yang berpadu dengan suara emasnya yang mengalunkan bermacam lagu.
Saya akui, sudah cukup lama saya tak “menyapa” Afgan. Saya sendiri juga tak mengerti kenapa. Belakangan ini, saya sangat jarang mendengarkan lagu-lagu atau menontoni videonya. Saya pun sudah tak terlalu update dengan kegiatan baru, jadwal konser, atau bahkan kehidupan pribadinya. Jika dulu saya sangat getol mengunduh video dan foto-fotonya, kini kebiasaan itu berangsur hilang. Bukan, bukan karena saya sudah tidak memfavoritkan Afgan lagi. Saya masih menggemari musiknya. Apa ya? Mungkin karena masanya saja yang sudah berganti. Sekarang sudah tak bisa lagi se-update itu.
Namun, benda mungil hitam dan semua yang ada di dalamnya ini mengembalikan semuanya. Banyak diantara video-video koleksi Lulu yang tak saya miliki, ada pula yang sudah hilang.
Flashdisk hitam ini mengajak saya bernostalgia, mengenang masa-masa 2009-2013, di saat saya rela begadang demi menonton semua acara televisi yang mengundang Afgan. Juga di saat saya masih suka sedih saat Afgan gagal memenangi award, dan mengkritisi kostum, lagu, atau partner duet yang kadang bagi saya kurang pas dengan Afgan.
Ada saat saya tersenyum sendiri saat menonton video penampilan Afgan pada awal-awal karirnya. Pada masa itu, saya belum terlalu tahu—bahkan bisa dibilang tidak menyukainya, hehehe. Padahal saat itu suaranya sudah merdu, hahaha…
Dalam semua video ini, metamorfosa Afgan begitu terlihat. Pada 2008 hingga awal 2009, dia masih belum “lincah” ketika bernyanyi di panggung, juga terlalu banyak diam dan malu-malu. Di tahun-tahun berikutnya, ke-khas-an suara Afgan makin terlihat. Dia juga sudah makin mahir berimprovisasi, bahkan mulai mencoba mengaransemen sendiri lagunya dan bermain piano secara live di panggung, juga mulai nge-dance sedikit-sedikit. Progress-nya makin terlihat sejak ada The Gandarianz yang menemani setiap penampilannya.

Dari semua video koleksi Lulu, saya paling suka penampilan kolaborasi Afgan dengan solois lain, seperti Rossa, Fatin, dan Gita Gutawa. Saya pun paling suka saat Afgan meng-cover lagu milik penyanyi lain, seperti beberapa lagu Chrisye, Vina Panduwinata, Gigi, Adele, Katy Perry, Justin Timberlake, The Beatles, juga Brian McKnight. Tak ketinggalan, saat Afgan membawakan lagu-lagunya sendiri dengan aransemen baru.
Tak lupa, saya mengabari Lulu bahwa flashdisknya sudah sampai, dan berjanji akan segera mengembalikannya setelah saya meng-copy beberapa video. Balasan Lulu datang beberapa saat kemudian, dan saya terbelalak saat membacanya.
“Sudah, Din, itu flashdisk-nya buat kamu saja. Semoga bisa terhibur, ya. Sebenarnya masih banyak video yang belum diunduh, soalnya aku belum sempat.”

Sungguh, saya tak percaya ini. Ini flashdisk berkapasitas 16 GB, dengan video-video Afgan yang hampir lengkap di dalamnya. Ini untuk saya?
Beberapa kali saya menanyakan keseriusan ucapan Lulu, dan jawabannya tetap sama. Benda mungil hitam ini untuk saya.

Lulu Arbi, terimakasih banyak untuk bingkisan kejutan ini. Ini sudah lebih dari cukup. Saya tak hanya terhibur, rindu saya pun telah terobati, bahkan mulai kekenyangan dengan video Afgan yang sebanyak ini, hahaha…
Dan, kirimanmu ini datang di saat yang tepat, yakni beberapa hari setelah hari jadi Afganisme yang kedelapan. Jadi, saya anggap ini adalah kado ulangtahun buat saya juga, hehehe…

Sekali lagi, terimakasih Lulu Arbi. Kalau kata Afgan, terimakasih cinta… :)

 
30 Januari 2016
Adinda R.D Kinasih

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Ane terharu Dinda .. huaaaa.. Seneng banget baca ini Dinda .. seneng banget juga bisa berbagi dengan sesama AFG. Semua berubah Dinda, aku juga. Semakin hari, makin banyak hal yang harus kita kerjakan, semakin banyak tanggung jawab kita. Tapi apapun itu .. buat aku, Dinda, Buat Bro Ulfa dan Bro Ayu .. dan semua afg lainnya .. semoga persahabatan dan silaturahmi kita nggak putus Dinda. Aamiin ..

    BalasHapus