Sebuah percakapan pagi, hari ini.
"Kalau kamu, gimana, lihat temen-temen kamu yang sekarang udah pada nikah?"
Ibuku bertanya sambil menenteng keranjang cucian menuju dapur. Aku yang sibuk melipat baju sejenak menghentikan gerakan tanganku, berpikir.
"Hmm...kalau aku, sih, nggak dulu ya, sekarang. Umur segini itu waktunya kita ngurusin hidup kita sendiri, benerin apa yang belum bener, berusaha mencapai apa yang belum kita dapat."
Ibu mulai memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci, sambil menukas kata-kataku.
"Yaa...tapi kan pandangan hidup setiap orang beda-beda..."
Aku juga kembali menyambung.
"Ya, emang beda-beda sih. Bagiku, kalau mereka yang dalam usia segini sudah siap, ya silakan nikah. Kalau aku sih belum..."
Nikah muda. Apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar dua kata ini?
Ah, aku tidak bisa menebak isi otak kalian. Kalau aku pribadi sih, menikah itu artinya sebuah tanggung jawab besar. Tanggung jawab akan segala hal. Dan sebuah perubahan besar pula.
Bagaimana tak berubah? Yang awalnya, saat kita masih sendiri, tanggung jawab kita mungkin masih sebatas pada diri dan kehidupan kita sendiri. Berpikir tentang kuliah, pekerjaan, impian, intinya, can do everything that we love and want freely. Really free.
Saat kita sudah mengambil keputusan untuk menikah, berarti kita harus siap mengalami perubahan dan tanggung jawab besar. Siap menerima bahwa sebentar lagi hidup kita tak hanya diperuntukkan bagi diri kita sendiri, tapi juga suami dan anak-anak kita.
Sebagian orang di sekitarku pun punya opini berbeda-beda tentang ini. Seperti pendapat seorang teman, misalnya, dia melihat persoalan menikah muda itu dari segi agama. Memang benar, bahwa menikah itu jauh lebih baik daripada harus pacaran dan punya perasaan yang tak jelas pada seseorang. Menikah itu menghindari dosa, dan sederet pernyataan lainnya yang berkaitan dengan agama. Semua itu benar.
Tapi, seperti yang sudah kutulis di atas, begitulah opiniku. Bagiku, saat ini, ritme hidupku belum seluruhnya benar. Bukankah nantinya kita menginginkan jodoh yang baik dan sepadan dengan kita?
Maka itu, diri kita sendiri pun harus berubah. Memperbaiki apa yang kurang baik, membenarkan apa yang dirasa masih salah. Aku pernah mendengar, bahwa nantinya jodoh kita itu tak jauh beda dengan kepribadian kita. Jadi, jika kita ingin lelaki yang baik, shaleh, berilmu, tanggungjawab, sabar, dan sayang keluarga, berarti sebisa mungkin kita juga harus bisa mengubah pribadi kita menjadi seperti itu. Kalau pun tak bisa berubah seratus persen, ya paling tidak belajar untuk menjadi lebih baik lah...
Mungkin, usia 21 adalah usia yang pantas untuk menikah. Namun, untuk mengambil keputusan besar ini, semua dikembalikan lagi pada pribadi masing-masing.
So, are you ready to "Nikah Muda"? Just follow yourself and your heart...
Just an opinion :)
0 Komentar